karena pada postingan sebelumnya Tembang Ilir-Ilir , Admin sudah menjelaskan sekilas tentang tembang yang satu ini...
2. Wejangan ( Nasehat ) dibalik Tembang "ILIR-ILIR"
Tembang "ilir-ilir" seperti pada postingan sebelumnya, mengandung wejangan (Nasehat) untuk menjadi orang muslim yang baik. Suatu ajakan untuk menjadi orang islam yang baik.
Bila kita renungkan secara mendalam apa ang tersirat dari suratan tembang "ilir-ilir" tersebut secara globalnya adalah sebagai berikut :
- Bait pertama, mulai bangkitnya iman islam.
- Bait kedua, merupakan perintah untuk melaksanakan kelima Rukun Islam.
- Bait ketiga, beroba, memperbaiki kesalahan - kesalahan yang pernah dilakukan kesemuanya untuk bekal kelak bila mati.
- Dan bait selanjutnya punya arti yang menyimpulkan "mumpung" ada kesempatan baik.
Untuk lebih jelasnya uraian tiap-tiap baris dari tembang tersebut akan kami coba menguraikan secara rinci.
A.Maksud "ILIR-ILIR" Tandure Wis Sumilir"
kata "ilir-ilir" berasal dari "Ngilir" ( bahasa jawa ) yang maksudnya terjaga atau "bangun" dari tidur. Lir-ilir juga bisa diartikan sadar kembali, sadar kembali dari "tidur"
Disini dimaksudkan, orang yang belum masuk (memeluk agama islam) masih "tidur:, belum sadar.
Sedang yang sudah islam, sudah sadar. Sudah bangun dari tidurnya. Pada tembang diatas, kata "lir-ilir" diulang dua kali. jadi : "Lir-ilir, Lir-ilir" itu maksudnya "bangun-bangun" bangun ke alam emikiran yang baru yaitu agama islam.
Sedangan kata : "Tandure wis Sumilir" maksudnya :
- "tandure" itu artinya : "benih" yang ditanam
- "Wis sumilir" artinya : sudah tumbuh
Jadi "tandure wis sumilir" mengandung maksud : benih yang ditanam sudah mulai tumbuh. Yang dimaksud "benih" disini adalah benih "iman.
sudah barang tentu, iman ke Islaman.
Semua manusia yang terlahir dimuka bumi ini telah diberi "benih" yang berupa "iman" oleh Allah Subhanallahuwata'ala. hal ini baik disadari atau tidak oleh orang yang bersangkutan.
Bila orang yang bersangkutan mau "sadar" akan adanya "benih" tersebut dan mau merawat baik-baik setiap harinya, maka benih itu akan tumbuh subur. Dan bila terus dirawat maka menghasilkan buah yang baik .
Bila benih iman tadi dirawat dengan ikhlas, dengan selalu ingat akan Allah. Tuhanya dan dipupuk dengan makanan-makanan rohaniah yang berupa :
- Membaca Al-Qur'an atau bacaan-bacaan islam lainya
- menghadiri pengajian
- mendengarkan khutbah mimbar agama islam dan lain sebagainya
Maka akan tumbuh subur, berkembang dengan baik. Kalau tidak dirawat, sudah tentu benih iman tadi akan merawan dan bisa mati.
B.Maksud "Tak Ijo Royo-Royo, Tak Sengguh Penganten Anyar"
Kata "Tak Ijo Royo-royo" tersebut mengandung arti dibuat tumbuh sumbur, daunnya hijau segar. maksud diatas nampaknya menekankan "penampilan" tentang pribadi muslim yang menyenangkan. Menjadi manusia yang sehat jasmani dan rohaninya. Karena "benih iman" tadi selalu dirawat dengan baik. maka tumbuh "iman" yang baik pula "Ijo Royo-royo" itu lambang tanaman yang subur, karena dirawat baik.
Kata "Tak sengguh penganten anyar" ini berarti disebut pengantin baru. pengantin adalah pasangan mempelai yang dimaksud dengan pasangan mempelai di sini adalah "Manusia" yang bersangkutan dengan "Keyakinan Iman", yang baru bertemu menjadi pengantin.
Orang yang jadi pengantin baru adalah orang yang sangat berbahagia hidupnya, Begitu juga halnya dengan "Tak sengguh penganten anyar" orang yang telah "bersanding" dengan "Keyakinan iman islam" adalah orang yang berbahagia. karena akan menjadi orang muslim yang baik, yang kelak berhak menempati sorga.
Jadi : "Tak ijo Royo-royo, tak sengguh penganten anyar mengandung maksud : benih iman seseorang yang dirawat dengan baik akan menghasilkan seorang Muslim yang baik pula, seorang muslim yang hidupnua berbahagia, ibarat "Pengantin baru".
C.Maksud "Cah Angon-Cah . Angon Penek En Blimbing Kuwi"
Kata "Cah Angon" mempunyai arti "anak gembala" kata "Cah Angon" disebut dua kali ("cah angon - cah angon) itu berarti mengandung unsur penekanan dengan adanya "perintah" yang penting. Perintah apa?
Perintah "Peneken blimbing kuwi" Yang di perintah adalah si "Cah Angon", ya si "gembala". karena itu merupakan perintah, maka yang biasa diperintah adalah bawahan, atau kedudukanya lebih rendah dari yang memerintah, maka, disini disebut "cah" ( anak atau nak ). kesannya "orang tua" memerintah "peneken blimbing kuwi" pada 'anak'nya.
Mengapa yang menjadi sasaran perintah adalah "Cah Angon" atau gembala, koq bukan yang lainnya? Nah, itu ternyata mengandung makna yang falsafi. Disebut gembala, pasti ada yang digembalakanya. Yang dimaksud "Cah Angon" disini adalah "Manusia". manusia sebagai gemala. menggembalakan nafsu-nafsunya sendiri. setiap orang pasti punya nafsu. nafsu-nafsu ini kalau tidak di "Gembalakan". bisa merusak aturan, sekehendak sendiri. Bisa melakukan maksiat dengan bebas, karena tidak ada yang "angon", tidak ada yang menggembala. Maka "Pribadi" manusia itu sendiri harus bisa berperan sebagai gembala yang baik. Agar nafsu-nafsu bisa diarahkan ke hal-hal baik, sesuai dengan perintah ajaran agama.
Jadi "cah angon" disini merupakan sebutan untuk seorang muslim yang menjadi gembala dari nafsu-nafsunya sendiri.
Sekarang mengenai perintah "peneken blimbing kuwi", maksudnya adalah sebagai berikut/
"Penek-en blimbing kuwi = panjatlah blimbing itu. Sudah menjadi kebiasaan orang jawa sejak dahulu. kalau ada kata "panjatlah blimbing itu" bukan berarti harus memanjat "buah blimbingnya, melainkan"panjatlah pohon belimbing itu" seperti halnya kata = "nggodog wedang". bukan berarti "wedang atau minuman yang sudah jadi (siap diminum itu digodog"(direbus)) melainkan "nggodog banyu kanggo gawe wedang" ( = merebus air itu dibuat minuman). begitu pula halnya debgab "peneken blimbing kuwi", bukan koq harus memanjat buah belimbingnya. melainkan "panjatlah pohon blimbing itu" jadi disini perintah yang dipanjat adalah "pohon" belimbingnya, bukan memanjat buah belimbingnya. Maksudnya memnajat pohon belimbing untuk memperoleh buat belimbingnya.
Mengapa disini yang diperintahnya untuk dipanjat adalah pohon buah "belimbing"? karena buah belimbing mempunyai 5 sisi.. Nah, lima sisi inilah digambarkan sebagai 5 rukun islam, yaitu :
B.Maksud "Tak Ijo Royo-Royo, Tak Sengguh Penganten Anyar"
Kata "Tak Ijo Royo-royo" tersebut mengandung arti dibuat tumbuh sumbur, daunnya hijau segar. maksud diatas nampaknya menekankan "penampilan" tentang pribadi muslim yang menyenangkan. Menjadi manusia yang sehat jasmani dan rohaninya. Karena "benih iman" tadi selalu dirawat dengan baik. maka tumbuh "iman" yang baik pula "Ijo Royo-royo" itu lambang tanaman yang subur, karena dirawat baik.
Kata "Tak sengguh penganten anyar" ini berarti disebut pengantin baru. pengantin adalah pasangan mempelai yang dimaksud dengan pasangan mempelai di sini adalah "Manusia" yang bersangkutan dengan "Keyakinan Iman", yang baru bertemu menjadi pengantin.
Orang yang jadi pengantin baru adalah orang yang sangat berbahagia hidupnya, Begitu juga halnya dengan "Tak sengguh penganten anyar" orang yang telah "bersanding" dengan "Keyakinan iman islam" adalah orang yang berbahagia. karena akan menjadi orang muslim yang baik, yang kelak berhak menempati sorga.
Jadi : "Tak ijo Royo-royo, tak sengguh penganten anyar mengandung maksud : benih iman seseorang yang dirawat dengan baik akan menghasilkan seorang Muslim yang baik pula, seorang muslim yang hidupnua berbahagia, ibarat "Pengantin baru".
C.Maksud "Cah Angon-Cah . Angon Penek En Blimbing Kuwi"
Kata "Cah Angon" mempunyai arti "anak gembala" kata "Cah Angon" disebut dua kali ("cah angon - cah angon) itu berarti mengandung unsur penekanan dengan adanya "perintah" yang penting. Perintah apa?
Perintah "Peneken blimbing kuwi" Yang di perintah adalah si "Cah Angon", ya si "gembala". karena itu merupakan perintah, maka yang biasa diperintah adalah bawahan, atau kedudukanya lebih rendah dari yang memerintah, maka, disini disebut "cah" ( anak atau nak ). kesannya "orang tua" memerintah "peneken blimbing kuwi" pada 'anak'nya.
Mengapa yang menjadi sasaran perintah adalah "Cah Angon" atau gembala, koq bukan yang lainnya? Nah, itu ternyata mengandung makna yang falsafi. Disebut gembala, pasti ada yang digembalakanya. Yang dimaksud "Cah Angon" disini adalah "Manusia". manusia sebagai gemala. menggembalakan nafsu-nafsunya sendiri. setiap orang pasti punya nafsu. nafsu-nafsu ini kalau tidak di "Gembalakan". bisa merusak aturan, sekehendak sendiri. Bisa melakukan maksiat dengan bebas, karena tidak ada yang "angon", tidak ada yang menggembala. Maka "Pribadi" manusia itu sendiri harus bisa berperan sebagai gembala yang baik. Agar nafsu-nafsu bisa diarahkan ke hal-hal baik, sesuai dengan perintah ajaran agama.
Jadi "cah angon" disini merupakan sebutan untuk seorang muslim yang menjadi gembala dari nafsu-nafsunya sendiri.
Sekarang mengenai perintah "peneken blimbing kuwi", maksudnya adalah sebagai berikut/
"Penek-en blimbing kuwi = panjatlah blimbing itu. Sudah menjadi kebiasaan orang jawa sejak dahulu. kalau ada kata "panjatlah blimbing itu" bukan berarti harus memanjat "buah blimbingnya, melainkan"panjatlah pohon belimbing itu" seperti halnya kata = "nggodog wedang". bukan berarti "wedang atau minuman yang sudah jadi (siap diminum itu digodog"(direbus)) melainkan "nggodog banyu kanggo gawe wedang" ( = merebus air itu dibuat minuman). begitu pula halnya debgab "peneken blimbing kuwi", bukan koq harus memanjat buah belimbingnya. melainkan "panjatlah pohon blimbing itu" jadi disini perintah yang dipanjat adalah "pohon" belimbingnya, bukan memanjat buah belimbingnya. Maksudnya memnajat pohon belimbing untuk memperoleh buat belimbingnya.
Mengapa disini yang diperintahnya untuk dipanjat adalah pohon buah "belimbing"? karena buah belimbing mempunyai 5 sisi.. Nah, lima sisi inilah digambarkan sebagai 5 rukun islam, yaitu :
- Syahadatain
- Sholat
- Zakat
- Puasa
- Haji
D.Maksud "Lunyu-Lunyu Ya Peneken, Kanggo Mbasuh Dodotiro"
Kata "lunyu-lunyu ya peneken" mempunyai arti "biar licin tetap panjatlah". kata ini memang berhubungan erat dengan Cah angon - cah angon, peneken blimbing kuwi".
Memang ini merupakan perintah yang cukup berat bagi"si gembala", karena sekalipun "licin" harus tetap dilaksanakan, agar bisa melaksanakan ke lima rukun islam dengan baik.
"licin" memang merupakan penghalang besar bagi si pemanjat. sebab harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan hati-hati sekali. kalau tidak bisa tergelincir jatuh kebawah.
Demikian juga halnya dengan perintah agama islam, kalau tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh, ikhlas, berani dan berhati-hati, kita bisa tergelincir jatuh ke neraka. memang jalan turun itu lebih mudah dilakukan dari pada jalan naik keatas. jalan menuju ke neraka lebih mudah dan enak dari pada jalan ke sorga. bukanlah berzina, minum-minuman keras itu lebih enak daripada mencegah kemungkaran dan mengerjakan sholat serta berpuasa? Tapi, bagi : "cah angon" yang baik, perintah Allah untuk memanjat "belimbing" itu bukanlah pekerjaan yang memberatkan baginya karena ia akan memperoleh "buah" yang lezat, yaitu "sorga" nantinya.
Sedang "Kanggo mbasuh dodotira" ini mempunya arti : untuk membersihkan atua mensucikan kepercayaan kita, hingga-betul menjadi kepercayaan yang suci.
Dodot adalah "pakaian" kebesara yang sering dipakai oleh bangsawan kraton. Dodot = pakaian atau bahasa jawa halusnya "ageman". Di sini ageman dimaksudkan untuk agama atau "kepercayaan". Dijaman "Wali Songo" dahulu banyak orang yang memeluk agama Hindu, Budha dan Animis. Setelah mereka didakwahi wali songo. agama yang kotor itu dicuci dengan "iman islam", hingga jadilah agama yang bersih dan benar yaitu agama islam. Agama yang kotor dibersihkan dengan lima rukun islam.
E.Maksud "Dodotira-Dodotira Kumitir Bedah Ing Pinggir, Dondomana Jlumatana, Kanggo Seba Mengko Sore"
Seperti telah dikemukaan didepan, bahwa "dodot" atau "ageman" untuk menggambarkan agama atau kepercayaan yang dianut. sedang "kumitir bedah ing pinggir" Artinya banyak robekan-robekan dibagian tepi, menjadikan "ageman tersebut cacat atau rusak".
"Ageman" yang rusak sudah barang tentu tidak pantas dipakai lagi. Agar supaya pantas dipakai lagi hendaknya diperbaiki.
Maka selanjutnya ada perintah "dondomana jlumatana" yang artinya jahitlah bagian yang robek atau rusak. Maksudnya "ageman" yang rusak hendaknya diperbaiki agar "pantas" dipakai.
Demikian halnya dengan kepercayaan kita yang telah rusak ( karena dosa-dosa yang telah kita lakukan) hendaknya diperbaiki dengan jalan bertobat dan melakukan rukun islam sebaik-baiknya.
Sudah barangtentu setelah bertobat kita tidak akan melakukan kesalahan-kelasahan lagi maka agar kita selalu ingat ke jalan Allah yang benar, kita harus selalu mengingatnya dengan jalan shalat dan dzikir setiap hari. itu penting untuk hidup kita yang kelak di akherat.
Kanggo seba "itu mengandung maksud, datang menghadap yang Maha Kuasa, yaitu Allah. sedang "sore" adalah akhir dari perjalanan satu hari. Awalnya "pagi", akhirnya ( yang berakhir ) seore. disini dimaksudkan akhir dari perjalanan manusia didunia ini.
Jadi, "kanggo seba mengko sore" itu yang dimaksud adalah : "untuk menghadap Allah nanti bila perjalanan hidup sudah berakhir mati. Jadi hikmahnya melaksanakan perintah dalam mengamalkan kelima rukun islam itu dengan baik untuk menghadap Allah kelak bila hidup sudah berakhir.
F.Maksud "Mumpung Padang Rembulane, Mumpung Jembar Kalangane"
kata "Mumpung padang rembulane, mumpung jembar kalangane" itu artinya : mumupung terang sinar bulannya, mumpung luas kalangannya"
Maksudnya : terang bulan jelas saat malam hari. malam tanpa sinar bulan adalah gelap gulita. dimana orang tidak dapat melihat apa-apa. ini dimaksudkan disaat "gelap" orang akan sukar (bahkan tidak bisa) membedakan mana yang baik dan mana yang benar. mana yang haram dan mana yang halal dalam keadaan gelap semua dicampur adukkan.
Padahal pada suasana gelap malam itu sekarang sudah ada "sinar penerangan" dari cahay bulan ( yang dimaksud "sinar islam" ), sehingga bisa nampak jelas, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang halal dan mana yang haram.
"Mumpung jembar (=luas) kalangane. "ini dimaksud luas areal sinar bulan tadi, bisa menerangi daerah mana saja.
Maksud dari kesemuanya itu("mumpung padang rembulane". mumpung jembar kalangane") adalah "mumpung" masih ada kesempatan "bertobat" untuk "menek belimbing" itu atau untuk melaksanakan perintah agama, yaitu lima rukun islam tadi. karena dengan adanya "Sinar islam" itu kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang benar. kesempatan yang baik dan luas itu("mumpunh padang rembulane, mumpung jembar kalangane") hangan sampai disia-siakan begitu saja. kesemuanya itu merupakan ajakan untuk seluruh umat manusia untuk melaksanakan kelima rukun islam dengan baik, mumpung masih hidup masih ada kesempatan sebab, kalau orang sudah mati (Gelap). kesempatan untuk bertobat sudah tidak ada lagi.
G.Maksud "Yo Surako, Surak Hayo"
kata "yo surako, surak hayo" artinya : mati bersorak, sorak mari, ini jelas merupakan ajakan untuk bersorak, maksud bersorak disini yang jelas, bahwa si pelaku pasti sangat puas atau senang. karena "sorak" itu sendiri adlah ekspresi rasa senang si pelaku.
Mengapa harus bersengan-senang, berbahagia? Ya, karena sudah berhasil melaksanakan perintah "penek-en blimbing kuwi, lunyu-lunyu ya penek-en. Bahagia atau rasa sengan ini diperoleh setelah akhir dari pekerjaanya "Memanjat belimbing itu". Karena itu seorang muslim. muslim yang baik maksudnya yang telah berhasil mengamalkan ke-lima rukun islam dengan baik itu, bila mati ( berakhir hidupnya di dunia) akan memperoleh sorga. Di sorga ini keadaanya serba menyenangkan, serba membahagiakan.
Jadi "yo surako, surak hayo." itu maksudnya mengajak si "Cah angong" (seorang muslim) yang telah melaksanakan perintah "penek-en blimbing kuwi" dengan baik, untuk berbahagia karena akan memperoleh pahala yang berupa sorga.
-- Nah, cukup sekian postingan pada kali ini, postingan artikel ini kepanjangan gak sih ? #hehe. Admin harap para readers gak kapok untuk baca postingan Admin yang lainnya.
Kurang lebih nya Admin minta maaf jika ada penulisan yang salah., karena segala kesempurnaan hanya milik Allah subhanallahu wata'ala
(^_^)/
// Dinukil dari buku Wejangan Sunan Kalijaga karya G.Surya Alam, Penerbit CV. Karya Utama Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar